Ngawur: 2 Anggota FPI Pemalang Tendang Al-Qur’an -->
Cari Berita

Advertisement

Ngawur: 2 Anggota FPI Pemalang Tendang Al-Qur’an

WAWASANews.com
Senin, 29 Juli 2013
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ribuan Kitab PDF
Ditulis Ari Sulanjana

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Semalam sewaktu perjalanan saya dari Bandung menuju Semarang di daerah Tegal, sekitar pukul 00.30 setelah saya selesai shalat Isya di suatu masjid dan akan makan di sebuah rumah makan di depan gudang Bulog setelah kota Tegal, tiba-tiba terjadi keributan di seberang tempat saya akan makan. Saya pun keluar dari mobil dan menyeberang untuk melihat keributan tersebut. Ternyata ada 2 orang laki-laki yang memakai atribut rompi FPI sedang adu mulut dengan 1 orang pemuda yang dituduh sebagai anak jalanan yang sukanya minum minuman keras. Padahal pemuda tersebut sedang duduk beristirahat di sebuah warung yang sudah tutup, yang kebetulan di warung sebelahnya juga sudah tutup tapi ada beberapa anak punk sedang minum minuman keras. Entah bagaimana awalnya sampai terjadi keributan, soalnya waktu pertama saya datangi dan beberapa sopir truk serta kernet truk, keributan itu sudah terjadi.
Setelah banyak orang melihat apa yang terjadi, mereka yang ribut diajak ke warung yang masih buka untuk menyelesaikan dan ditanyakan oleh beberapa warga kampung sekitar tentang keributan yang terjadi. Pemuda yang memakai jaket kulit dan menenteng tas gendong menceritakan awal muasal sampai terjadinya keributan:
Pemuda: “Awalnya saya sedang beristirahat di warung depan seberang jalan, dari jam 8 malam saya sudah beristirahat di warung tersebut. Saya dalam perjalanan syiar jalan kak pulang pergi Banten Madura dari pondok pesantren di Pandeglang Banten. Saya istirahat karena sudah lelah berjalan dari mulai Comal Pemalang jam 6 pagi sampai di sini jam 8 malam. Saya putuskan istirahat di warung yang tutup, kebetulan ada dipannya (semacam tempat tidur dari papan kayu), ya saya istirahat saja di warung itu.”
Warga: “Lah terus ada masalah apa sampai terjadi keributan Anda dan 2 orang ini (FPI)?”
Pemuda: “Saya tidak tahu awal mulanya terjadi keributan. Saya bangun karena mendengar keributan itu. Saya lihat 2 orang ini mengusir beberapa anak yang rambutnya gak karuan, ya saya diam saja karena pada saat saya istirahat mereka belum ada. Saya tadi hanya sendiri, saya berdiri untuk melihat ada apa. 2 orang ini mengusir anak jalanan yang tadi sudah pergi. Tiba-tiba tanpa menanyakan saya ini siapa, kok maen tendang. Kebetulan tas yang saya bawa posisinya di depan. Saya tidak menyangka akan ditendang seperti itu, ya saya terjatuh. Mereka bilang ke saya pakai bahasa Jawa yang saya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan. Lalu saya bilang maaf ada apa ini kok maen tendang, dan jangan pakai bahasa Jawa karena saya bukan orang Jawa. Terus mereka marah-marah kepada saya menyuruh saya pergi dari sini untuk ikut anak jalanan tadi. Saya bilang saya bukan teman mereka. Belum sempat saya jelaskan mas yang satu ini nendang lagi tas saya. Ya saya marah karena di dalam tas saya ada Kitab Suci al-Quran.”
FPI: “Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau di tas kamu ada al-Quran?”
Pemuda: “Apa mas tadi bertanya kalau mau nendang saya? Kan Anda langsung nendang saya tanpa menanyakan saya ini siapa. Anda jangan menilai setiap orang itu sama hanya karena saya memakai kaos oblong bercelana pendek, terus Anda dengan enaknya main tendang aja.”
Warga: “Dengar dulu pembicaraan masnya ini.” (Warga berkata sama anggota FPI). Terus gimana mas?”
Pemuda: “Ya saya tanya ke orang ini, kenapa menendang saya dan apa salah saya, mereka tetap bilang sudah ikuti teman kamu dan jangan bikin kotor kota saya sama anak berandalan kaya kamu.”
FPI: “Saya tidak bilang seperti itu.”
Pemuda: “Saya pegang al-Quran, Anda berani bersumpah di atas al-Quran ini kalau Anda tadi bilang seperti itu?”
FPI diam tidak berani jawab.
Pemuda: “Nah mas yang nendang saya ini orangnya kok emosian. Saya tanya tadi sama Anda kan, kenapa Anda menendang saya? Anda tetap saja bilang saya berandalan dan Anda menarik tas saya untuk menyuruh saya pergi. Karena saya tidak mau pergi, Anda mencoba menendang saya lagi. Ya sudah saya lawan, saya dorong dia sambil saya bilang kalau di tas saya ada Kitab Suci al-Quran. Mas yang satu ini sudah siap mau memukul saya, saya cepat buka tas saya dan saya keluarkan al-Quran dari dalam tas saya. Saya jelaskan saya anak pesantren yang lagi jalan, tapi mas yang ini emosi karena saya dorong sampai dia terjatuh. Saya terangkan Anda sudah berbuat dzalim kepada saya dan Kitab Suci umat Islam, karena Anda tadi menendang saya pas mengenai tas saya, saya simpan tas dan al-Quran di dipan. Saya ajak mereka duduk bicara baik-baik, tapi mas ini (menunjuk orang yang menendang tasnya) emosinya gak bisa dikendalikan. Dia terus berteriak menantang saya untuk berkelahi. Saya heran apa dia tidak melihat apa yang saya bawa?”
FPI: “Kalau kamu anak pesantren kenapa kamu tidak berpakaian sejatinya anak pesantren?” (dengan nada emosi).
Pemuda: “Loh saya kan jalan kaki mas, bukan pakai kendaraan seperti Anda. Saya berpakaian seperti ini karena pakaian yang paling bersih untuk kupakai shalat, dan tidak ada salahnya saya berpakaian seperti ini. Yang saya pakai masih sopan kok.”
FPI: “Kamu kenapa gak istirahat di masjid malah tidur di warung, katanya anak pesantren!”
Pemuda: “Maaf mas, saya tadi sudah bilang, pakaian saya kotor. Saya tidak ingin mengotori masjid meskipun itu hanya tidur di serambinya saja. Masjid itu tempat untuk ibadah bukan tempat untuk tidur. Anda seharusnya mengerti kan Anda orang dari organisasi keislaman. Apa anda tidak diajarkan amir Anda?”
FPI diam tak bisa ngomong.
Pemuda: “Musafir itu jangan dilihat dari pakaiannya. Kami para musafir justru berpakaian seadanya. Kenapa? Karena bagi saya dan rata-rata musafir yang berjalan kaki, pakaian yang paling bersih, sarung yang bersih, itu untuk kami pakai di saat kami menunaikan ibadah kepada Allah Swt. Anda mengerti itu.” (Sambil nunjuk ke orang FPI).
Ane di sini juga jadi malu sama pemuda ini, belakangan diketahui namanya Muhammad Ilham. Ane malu sama pemuda ini, ane yang pakai mobil aja kaga pernah berpikir seperti itu. Padahal guru ngaji ane juga pernah mengajarkan kaya gitu
Pemuda: “Lain kali mas tanya dulu siapa, orang mana, jangan maen tendang aja. Di agama Islam tidak diajarkan kekerasaan seperti yang Anda lakukan. Anda gak pandang bulu langsung maen tendang aja hanya karena saya berpakaian seperti ini. Anda masih mending saya tidak membalas tendangan Anda. Tanya dulu baik-baik, pakai cara persuasif (di sini ane mulai berpikir ini pemuda latar belakang pendidikannya pasti tinggi). Anda jangan maen tendang maen teriak aja. Coba kalau Anda jadi saya bagaimana? Tersingung tidak? Apa lagi dengan emosi yang seperti anda.”
Warga, FPI dan ane juga pada terdiam semua.
Pemuda: “Apa perlu anda saya ajarkan dari awal ajaran agama Islam? Apa perlu Anda saya ajarkan hadits-hadits? Anda memakai atribut seorang muslim, Anda seharusnya malu dengan pakaian Anda tapi kelakuan Anda tidak mencerminkan seorang yang beragama. Bolehlah kita marah sama orang ygan suka mabuk, maksiat, tapi bukan dengan cara seperti kekerasan yang Anda pakai. Ada orang mabuk, ajak mereka baik-baik kembali ke jalan yang benar, bukan dimusuhi dan dianggap sampah masyarakat. Ada yang suka bermaksiat jangan dibilang orang-orang murtad. Justru itu kesempatan kita untuk beribadah dengan cara mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Jangan pernah bosan mengajak mereka.”
FPI diam aja, mereka malah berdiri mau pergi.
Pemuda: “Anda mau ke mana? Duduk dan dengarkan saya. Saya nyantri bukan 1, 2 atau 5 tahun mas, saya nyantri sudah lebih dari 15 tahun. Duduk, saya ajarkan ajaran agama yang betul.”
FPI: “Tidak perlu, sudah kalau memang tidak ada masalah saya mau pergi.”
Warga: “Loh kenapa gak mau mas mendengarkan masnya ini taushiyah?”
FPI: “Tidak perlu. Sudah saya mau pergi aja.”
Pemuda: “Sudah pak biarkan saja kalau mereka mau pergi, gak ada gunanya berbicara dengan orang emosi. Biarkan saja kalau mereka mau pergi. Saran saya sama mas mas ini, belajar lagi agama yang baik dan benar. Jangan hanya bisa berpakaian seperti ini tapi tindak tanduk Anda jauh dari ajaran AGAMA. sekali lagi saya bilang, agama tidak mengajarkan kekerasan.”
Pade pergi tuh 2 orang FPI itu. Kayaknya malu sama mas Muhammad ini. Ane malah jadi ingin ngobrol sama mas ini. Herannya dia gak mau dipanggil ustadz, kata dia kyai, gus, ustadz itu hanya panggilan aja, panggil nama saja sudah cukup. Guru saya pun tidak mau dipanggil seperti itu kata mas Muhammad ini, gurunya cukup dipanggil abah aja.
Kaya gitu kejadiannya, ya obrolan antara ane, warga setempat, sama mas Muhammad malah berlanjut sampai menjelang Shubuh. Terus kita sama-sama ke masjid kampung setempat. Mas Muhammad yang adzan dan yang jadi imam ketua RT setempat.
Maaf obrolan yang lainnya gak saya sampaikan di sini, kepanjangan soalnya. Foto-foto tidak ane lampirkan di sini karena ane takut dituduh menyudutkan FPI. Yang jelas, 2 orang itu anggota FPI dari Pemalang, berdasarkan keterangan 2 orang tersebut.
Sumber: Generasi Muda NU

------------------------------------
Ini tanggapan Muhammad Ilham, si Musafir asal Jepara yang ditendang tas isi Al-Qur'ann-nya, di Kaskus. Klik sini
Jual Kacamata Minus

close
Jual Flashdisk Isi Ribuan Buku Islam PDF