Jual Umang Dapat 1,3 Juta Semalam -->
Cari Berita

Advertisement

Jual Umang Dapat 1,3 Juta Semalam

WAWASANews.com
Senin, 15 Juli 2013
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ribuan Kitab PDF
Semarang-WAWASANews.com
Lucu: Wajah-wajah umang yang siap dijual
Pekerjaannya adalah berburu anak kecil. Kala lelah berburu, dipastikan tidak mendapatkan hasil. Libas, 34 tahun, dialah sang pemburu anak kecil itu. Dari pasar ke pasar. Dari keramaian pindah ke keramaian berikutnya. Itu dilakukan Libas sejak tiga tahun lalu menekuni profesi sebagai pedagang umang-umang, pong-pong, atau kuwuk urip (Jawa).
Tapi tidak sembarang tempat ramai ia datangi. Hanya yang banyak anak kecilnya ia betah berlama-lama menggelar dagangan. Ya, umang-umang hanya hewan yang biasa dibuat mainan anak kecil. Ada beberapa pelanggan Libas yang merupakan orang dewasa, namun mereka membeli pong-pong bukan untuk mainan. “Ada yang beli untuk hiasan meja kaca berpasir,” kata Libas kepada WAWASANews.com di Pasar Pedurungan, Semarang, Minggu (14/07).
Cantik: istana keong si pong-pong
Pada hari Minggu, Libas biasa mendapatkan omset Rp. 400 ribu. Tergantung ramainya pasar. “Kalau bulan puasa gini, rada sepi mas. Barangnya juga langka karena para tukang somay, es krim dan penjual jajanan anak kecil beralih profesi sementara sebagai penjual umang-umang,” tuturnya.
Walau sepi, Libas mengaku masih mendapatkan penghasilan kotor Rp. 260 ribu sehari. Seminggu, dia biasa menghabiskan hewan bercangkang warna-warni cat dengan  aneka gambar angry bird, ipin upin, casper, bunga-bunga serta buah hingga 500-an biji. Per biji dijual Rp. 1.000 (kecil) dan 2.000 (besar). Dari harga tersebut, penghasilan Libas bisa mencapai 60-70 persen. Bayangkan, harga kulakan barang per-ekor-biji-nya Rp. 600. Artinya, jika ia menjual Rp. 2.000, maka ia sudah untung 1.300 per ekor. Libas menceritakan, ada seorang teman yang nekad jualan umang seperti dia ke Kalimantan. “Di sana laku 5 ribu per ekor.”
Sehari Libas bisa menghabiskan 100 ekor lebih. Terutama kalau ada momentum keramaian tradisi seperti dugderan (Semarang), dandangan (Kudus). Libas mengaku pernah mendapatkan omset Rp. 1,3 juta semalam dalam acara tradisi. “Saya muter-muter terus, Mas. Pernah juga ke Pati, Kebumen, Cilacap, dan yang lain. Pas ada pasar malam saya biasa dapat setengah juta sekali duduk,” terang pria asal Tlogosari, Semarang ini.
Penghasilan dari bisnis umang-umang tidak berhenti di situ. Libas justru mendapatkan hasil tambahan yang lumayan banyak dari jualan rumah-rumahan pong-pong tersebut. Ia menyebut sebagai istana keong. Fungsinya memang dijadikan sebagai rumah buat keong sawah yang dijual Libas itu.
Dibantu istri, ia membuat istana keong dari bahan sponefa yang ia beli dari kawasan industri Kaligawe Semarang yang per kilo hanya Rp. 2.000. “Saya biasanya membeli satu karung sponefa yang harganya paling 12 ribu. Bisa saya jadikan ratusan istana keong,” aku bapak satu anak ini.
Sibuk: Libas dan pembeli di Pasar Pedurungan
Dalam sehari, dia bisa membangun istana keong hingga 30 buah. Yang kecil dijual ke konsumen Rp. 2.000, sementara yang sedang Rp. 10.000. Ukuran besar ada yang dijual Rp. 15.000 hingga Rp. 20.000. Bila ada pedagang lain yang beli kepadanya, ia berikan harga separoh dari harga jual pasaran. “Teman jualan umang-umang di Semarang ada 10-an orang, Mas. Semuanya ambil barang dari pusatnya di Surabaya. Tapi untuk istana keong, mereka ambilnya rata-rata dari saya,” ungkap Libas dengan senyum lebar. 
Kini Libas sedang menunggu kelahiran anak kedua-nya. Umang-umang telah menghidupinya sejak tiga tahun lalu sengaja berhenti sebagai buruh dari salah satu perusahaan furniture di Semarang yang hanya digaji Rp. 40.000 per hari. Dari keong sawah yang ia jajakan ke anak kecil, Libas bisa mendapatkan 2-3 kali lipat gajinya selama jadi buruh. Anaknya hampir dua, tapi anak umangnya, ribuan. Bisnis yang menjanjikan dan berpahala. Libas dapat untung, anak yang beli, bahagia. (Badri) 
Jual Kacamata Minus

close
Jual Flashdisk Isi Ribuan Buku Islam PDF