Oleh Wendhy Rachmadhany
Perkembangan
sistem teknologi sekarang ini khususnya sistem teknologi informasi telah
berhasil merubah cara pandang, cara kerja, dan sekaligus menjadi implementasi
manusia dalam segala bidang, salah satu bentuk kemajuan dari sistem teknologi
informasi yang dimaksud adalah media sosial.
Berdasarkan informasi yang berhasil
saya kumpulkan menunjukkan bahwa kecenderungan sebagian besar para pengguna
media sosial secara aktif adalah para remaja rentan usia 12 tahun sampai dengan
25 tahun. Besarnya anemo remaja yang menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, website serta
diikuti dengan kelebihan media sosial yang dapat menjangkau banyak orang dalam
waktu yang singkat telah menjadikan media sosial dilirik sebagai perluasan berbagai
macam bisnis dengan para remaja sebagai target pasar atau target market yang kondusif oleh pelbagai macam perusahaan besar
maupun kecil.
Pemanfaatan media sosial sebagai social marketing oleh beberpa pelaku
bisnis menunjukkan bahwa pasar kini telah berpindak ke media–media sosial yang
di dalamnya tentu saja terdapat hasil negosiasi dari masyarakat sehingga telah
memengaruhi perkembangan social marketing
global.
Lahirnya toko online yang kini menjamur
di tengah para pengguna aktif media sosial merupakan hasil produk dari media
sosial yang telah menjelma menjadi social
market potential bagi para pelaku
bisnis. Selain itu, alasan lain dari para pelaku bisnis menggandrungi media
sosial sebagai media pemasaran adalah modal yang dibutuhkan oleh para pelaku
bisnis untuk mempromosikan produknya sangat minim tetapi memiliki cakupan yang
sangat luas, karena marketnya tidak terbatasi oleh wilayah.
Doktrin, instruksi dan irasionalitas
dalam bahasa iklan di media sosial yang cenderung menumpulkan kecermatan dalam
berpikir remaja berhasil mentransformasi nilai yang cenderung mengarah pada
sebuah hedonisme, dan dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penyampaian iklan di
website maupun blog yang begitu persuatif tersebut memiliki sumbangan besar menciptakan
ketertarikan bagi para remaja untuk terus mengunjungi sebuah situs.
Sehingga, dalam pasar online terdapat
beberapa orang ahli yang khusus mengkreasi tampilan websitenya agar para
pengguna aktif media sosial terus mengunjungi website atau blog kemudian
mencoba membeli barang mereka. Inilah yang disebut creative cluster.
Toko Online menyebabkan para remaja
cenderung berperilaku konsumtif karena di dalam toko online terdapat berbagai
macam produk menarik yang telah disediakan oleh para pemilik layanan dengan
harga yang terjangkau dan dengan kualitas yang baik. Menariknya, produk yang
disediakan dalam toko online tersebut sangat mendukung trend serta mode saat
ini. Selain itu, mudahnya dalam bertransaksi sampai proses pengiriman barang
yang cepat menjadi sebuah keunggulan tersendiri dalam belanja di toko online.
Perilaku konsumtif para remaja akibat
dari menjamurnya toko online tersebut sangat rentan bagi munculnya beberapa hal
negatif karena secara logika. Perilaku konsumtif remaja yang tidak diikuti dana
pendukung yang memadai akan menjadikan remaja kecanduan untuk memiliki barang
yang diinginkan, sehingga mereka berani melakukan berbagai macam cara untuk
memenuhi hasrat atas kepemilikan barang yang diinginkannya tersebut.
Dampaknya, remaja telah menciptakan
generasi muda yang mempunyai tabiat selalu menuntut, cenderung tidak rasional
dan bermental lemah karena mereka sudah terbiasa mendapatkan segala kemudahan
yang telah diberikan oleh media sosial sehingga sudah sangat sulit bagi mereka
untuk melepas ketergantungan terhadap pemanfaatan media sosial.
Beberapa alternatif yang harus ditempuh
untuk mereduksi perilaku konsumtif para remaja adalah dengan pemanfaatan peran
dari orang tua. Dalam hal ini orang tua harus melakukan consoling behavioral skinner untuk memodifikasi dan mengurangi
intensitas perilaku konsumtif remaja.
Dalam pendekatan teori dikatakan bahwa
terbentuknya perilaku dikarenakan adanya pembelajaran, di mana perilaku itu
akan dipertahankan atau dihilangkan tergantung pada konsekuensi yang
menyertainya. Pendekatan ini mengedepankan reinforcement
sebagai respon orang tua selaku pembentuk perilaku primer bagi anak remajanya.
Peranan orang tua penting bagi para
remajanya karena selain sebagai control, orang tua juga berperan dalam
menanamkan nilai kemandirian, sehingga mereka punya manajemen diri yang baik
untuk menentukan prioritasnya dan untuk bertanggung jawab pada setiap proses
perkembangannya.
Wendhy Rachmadhany, mahasiswa
Universitas Nusantara PGRI, Kediri Jawa Timur
