Jepara-WAWASANews.Com
Menyambut
Hari Perdamaian Internasional 21 September 2014, Sabtu malam (20/9), Gereja
Injili Tanah Jawa (GITJ) Jepara bersama lintas komunitas seni dan budaya
mengelar acara bertajuk “Damai Untuk Semua” di depan halaman gereja GITJ Jl. Pemuda,
Jepara. Pelbagai agenda digelar untuk menyemarakkan hajatan tahunan ini.
“Semua
perwakilan agama datang untuk menyampaikan visi damai menurut yang mereka
pahami,” kata Danang Kristiawan, pendeta GITJ Jepara. Menurut Danang, acara
bertajuk damai masih terus diperlukan di Jepara karena menurutnya Jepara itu
belum damai.
Menikmati damai dengan Tari Sufi (Foto: WAWASANews.Com/Dok. Danang) |
“Tidak
ada konflik itu bukan berarti damai. Tenang itu bukan berarti rukun. Saling
diam karena berseteru pun sering terjadi,” ujar Danang yang juga aktif di Jepara
Interfaith Community (Jentik) ini.
Sebuah
wilayah atau kabupaten seperti Jepara disebut damai jika di tingkat masyarakat
terjalin komunikasi dan hubungan yang saling percaya. Hal ini menurut Danang
harus terus disuarakan salah satunya dengan menggelar acara seni budaya semacam
ini.
Adanya
pentas pada malam itu, semacam musik, pembacaan puisi damai, bahkan
tari sufi dan orasi damai, merupakan bagian dari cara agar damai tetap masih
dibicarakan sebagai isu yang penting dijaga untuk Jepara yang aman, toleran dan
multikultural. Wakil
Bupati Jepara, Subroto, yang malam itu hadir bersama jajaran Dandim Jepara
menyebut Jepara damai jika kebutuhan ekonomi masyarakatnya tercukupi. (Badri)